Selasa, 30 April 2013

Table Fashion ala Ghea Panggabean

Indonesia memiliki ribuan kepulauan, banyak yang bisa digali kebudayaan pada masing-masing daerah. Saya sejak remaja, jatuh cinta pada kecantikan dan inspirasi gayahippie, yang banyak warna dan loose. Saya mendapatinya di kain khas Palembang," terang Ghea Panggabean saat peluncuran koleksi tableware Pelangi Palembang, di Alun-Alun Grand Indonesia Shopping Town, beberapa waktu lalu.

Peluncuran Tea Set Collection dan Table Setting for Breakfast, Lunch, dan Dinner ini merupakan salah satu momen yang ditunggu Ghea untuk menandai hal tersebut.

Saat acara fashion week yang digelar di akhir tahun lalu, Ghea sempat mengutarakan keinginannya untuk kembali mengangkat hal yang menjadi kegemarannya sejak lama dan yang pertama kali ia angkat ketika meyakini diri untuk menjadi desainer, yakni busana ala hippie dan berwarna ceria. Kini ia menuangkannya dalam perangkat makan dan minuman.

Lewat koleksi perangkat makan dan minum ini, Ghea bermaksud untuk melestarikan kebudayaan Indonesia melalui sesuatu yang berbeda. Ghea menuturkan, koleksinya ini membutuhkan waktu pengerjaan hingga 1 tahun.

"Biasanya, desainer perangkat makan hanya menawarkan desain generik, seperti buah-buahan, binatang, dan sebagainya. Tapi, kami ingin mengangkat desainer-desainer lokal. Saat ini kami bekerja sama dengan Ibu Ghea, dan karena ia memiliki nama besar, harapannya koleksi dan budaya Indonesia juga bisa ikut terangkat," terang James de Rave, direktur Kedaung Group yang memproduksi tableware ini di acara yang sama.

James juga menjelaskan, bahwa untuk menciptakan koleksi tableware ini, khususnya untuk perangkat high tea, diperlukan upaya yang cukup rumit. Karena dari tekstil tak bisa langsung diaplikasikan pada perangkat porselen, harus lewat proses tertentu agar bisa menciptakan perangkat yang cerah, menarik, tapi tidak beracun. Pasalnya, cat yang digunakan untuk membuat porselen tersebut memiliki corak dan motif mengandung lead dan cadmium yang tak baik untuk kesehatan. Tak hanya itu, "Ibu Ghea sangat presisi dengan warna. Ia ingin warna yang tepat. Warna yang paling sulit didapat adalah koleksi yang warna hijau. Karena warna hijau sulit untuk bisa digabung warna merah tua di pinggirannya. Tapi saat berhasil didapatkan, Ibu Ghea gembira sekali," cerita James.

Khusus untuk perangkat high tea, Ghea membuat tidak hanya 1 warna, tapi 5 warna dengan motif yang sama. Di dalam koleksi tersebut, terdapat warna marun, terakota, hijau, oranye, dan ungu. Koleksi tersebut sengaja dibuat seperti itu, inspirasinya datang dari kebiasaan ibu Ghea. Di masa kecil, Ghea sering memerhatikan kebiasaan ibunya yang mengoleksi perangkat minum teh. Koleksi perangkat minum teh yang dimiliki ibunya tidak selalu seragam, kadang berbeda bentuk dan berbeda warna. Sehingga saat disajikan kepada tamu, cangkirnya berbeda-beda. "Mungkin maksudnya supaya tidak tertukar," seloroh Ghea. Warna yang berbeda-beda tapi motif yang serupa akan makin marak ketika dihidangkan kepada tamu.

Selain perangkat minum teh, untuk koleksi Pelangi Palembang, Ghea juga mendesain teko, piring kue, piring makan, piring susun, mangkuk, dan lainnya. Tertarik? Segera kunjungi Alun-Alun atau gerai Kedaung, karena koleksi ini sangat terbatas. "Kami hanya membuat koleksi ini mulai dari 200-1000 pieces, sehingga menjadikan koleksi Pelangi Palembang collectible items" terang James. Untuk harga, koleksi untuk 4 cangkir dan tatakannya dipasarkan dengan harga Rp 495.000.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar