Selasa, 30 April 2013

Mengenalkan Tenun Hingga ke Arab dan India

Apakah Anda sepakat bahwa kain Indonesia banyak yang indah dan menyimpan nilai-nilai bagus, namun belum banyak terekspos atau pun tergali? Jika ya, berarti Anda sepakat dengan niat yayasan Cita Tenun Indonesia memperkenalkan tenun Indonesia ke Arab dan India.

Cita Tenun Indonesia, merupakan wadah para pencinta tenun Indonesia untuk berbagi rasa kecintaan terhadap tenunan, baik dalam bentuk menjaga, mengembangkan, dan memasarkannya ke manca negara dan dalam negeri.

Pada bulan April lalu, Cita Tenun Indonesia berpartisipasi dalam kegiatan yang dilangsungkan oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) dan Perusahaan Gas Negara (PGN) yang bertajuk "Indonesian Heritage: Remarkable Indonesia". Program malam kultur tersebut dilangsungkan di dua lokasi, yakni Dubai, Uni Emirat Arab dan Mumbai, India.

Keterlibatan Cita Tenun Indonesia pada acara tersebut, menurut Okke Hatta Rajasa, ketua Cita Tenun Indonesia, "Merupakan upaya kami untuk memperkenalkan, sekaligus memproteksi tenun Indonesia. Kan, supaya orang-orang tahu, bahwa barang tersebut adalah milik kita, harus diperkenalkan dulu."

Di acara tersebut, CTI mengajak dua perancang kenamaan Indonesia, Denny Wirawan dan Chossy Lattu untuk memamerkan hasil rancangan mereka yang menggunakan kain-kain tenunan Indonesia. Denny Wirawan diberikan mandat untuk mengulik tenun Sulawesi Tenggara daratan dan kepulauan Wakatomi dengan pewarnaan air garam. Sementara Chossy Latu, diberi tugas mengembangkan tenunan Sumatera Selatan.

Okke menjelaskan, bahwa hasil tenunan Indonesia mendapatkan respon yang luar biasa. "India juga memiliki kain yang dibuat dengan cara yang serupa dengan tenun Indonesia. Namun, di sana menggunakan benang yang di dalamnya terbuat dari bahan polyester kemudian ditutup dengan katun. Namun, sayangnya, karena itu, mudah menyusut dan rusak. Sementara, bahan benang yang kita gunakan semuanya terbuat dari katun, sehingga lebih kuat dan tak mudah rusak. Hal-hal semacam ini yang membuat tenunan kita lebih unggul."

"Sambutan dari India menyatakan, bahwa mereka tak menyangka ada tekstil lain yang menarik dari Indonesia selain batik. Di sana tidak ada penjualan, tapi kami mengejar awareness. Sambutannya pun sangat baik, dan banyak peliputan dari media-media di India untuk hal ini," terang Chossy.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar