Rabu, 24 April 2013

Statement Cinta dari Edbe


 “Love.is.in.the.air” adalah tema yang dipakai perancang Eddy Betty dalam pagelaran busana edbe (baca: e-di-bi) -lini busana ready to wear-nya- di Ballroom Hotel Mulia, Senayan'

Seakan ingin menebarkan cinta kepada para undangan yang menghadiri show-nya, perancang kelahiran Jambi, 41 tahun silam, ini melampirkan undangan berbentuk hati yang diakuinya sebagai hasil karyanya sendri. Secarik undangan unik tersebut juga menjadi sebuat statement bagi Eddy, bahwa ia perancang yang mampu membuat tren bagi karyanya sendiri. Koleksi busana edbe pun, diharapkannya mampu membuat orang melirik kepada orang yang memakainya.

“Saya ingin edbe menjadi sebuah statement bagi siapapun yang memakainya. Menjadi sebuah karakter dan menyatu sebagai pribadi oleh siapapun yang mengenakannya,” tegas perancang yang juga memiliki lini adi busana tersebut, setelah jumpa pers.

Peragaan yang berlangsung kurang dari satu jam tersebut menceritakan arti kata “menjadi sebuah statement” melalui para model yang terdiri atas 22 perempuan dan 8 pria. Semangat edbe dalam orkestrasi saling tabrak dengan warna-warni batik yang lebih terang dari pertunjukan terakhirnya Juni lalu, hadir dalam komposisi yang tumpang tindih namun tetap membuat semua penikmat fashion terpaku mengikuti setiap langkah model yang memeragakannya.

Batik yang naif
Semalam, koleksi edbe yang terdiri atas 90 outfit terbagi dalam dua sekuens pertunjukan. Batik tulis yang hadir sebagai sekuens pertama tetap menjadi primadona di tengah katun, rayon, dan tenun hitam putih yang hadir di sekuens selanjutnya. “Batik adalah a piece of art. Karenanya saya ingin batik selalu hadir bagi semua karya edbe. Setiap detail yang muncul pada batik mencerminkan kesungguhan dan cinta pembuatnya. I love batik, karenanya saya ingin semua orang pun mencintai batik sebagai sebuah wujud seni yang mampu lestari sebagai busana setiap waktu,” ungkapnya.

Motif batik kali ini tampil naif dengan rancangan khusus bercorak mainan anak-anak. Motif boneka matryoska -boneka jepang, bola-bola, telur paskah, dan bentuk hati, berkolaborasi menjadi sebuah motif yang tertuang unik pada koleksi busananya. “Pilihan corak boneka, telur paskah, dan bola-bola tersebut saya padu-padankan sebagai sebuah kenangan manis yang pernah saya miliki. Saya ingin membagi cinta yang pernah saya rasakan dalam koleksi saya, berharap cinta tersebut juga bisa dirasakan oleh pemakainya. Love in in the air,” jelas Eddy Betty.

Corak gedung, batik afrika, bentuk geometris, bunga, dan jumputan juga menghidupkan koleksi edbe menjadi sebuah komposisi langka yang berbeda dari batik-batik yang pernah ada.

Meski batik menjadi pilihan utama bagi karya edbe, layaknya manusia yang ingin terus berkembang, batik tidak lagi menjadi satu-satunya pilihan koleksi siap pakai edbe. “Perlahan, saya ingin menghadirkan varian lain dari koleksi edbe. Karenanya, di pertunjukan ini, saya juga menampilkan hitam-putih sebagai a twisted curious bagi koleksi ready to wear saya,” ungkap Eddy, yang terus berusaha menciptakan busana yang tidak terpaku pada sebuah pakem.

Koleksi hitam-putih berdetail border berlubang-lubang (eyelet) hadir dengam menata dinamika dari sudut pandang yang tidak sempurna. Hal ini menjadi pelepas rasa ingin tahu yang sangat besar terhadap koleksi edbe di luar koleksi batiknya. Tetap dengan kombinasi bermain-main, filosofi edbe “mix don’t match” juga menjadi konsistensi dari karya hitam-putihnya.

Potongan midriff, gaya perancang Jepang dengan teknik frills, celana jodhpur, celana galembong (celana sarung yang dikenakan para penari Randai dari Sumatera Barat), dan lilitan kombinasi tumpang tindih busana di tubuh para model menjadi signature sang perancang. Semangat modern yang berjiwa unik dan eksklusif menjadi sebuah cinta yang terus dinanti dari rancangan edbe berikutnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar