Senin, 15 April 2013

Membuat Tenun Banyak Tekniknya


Hampir seluruh daerah di Indonesia memiliki kain tenun, dengan corak khas yang berbeda-beda. Beragam motif kain tenun tersebut dapat dilihat di Museum Tekstil yang berlokasi di Jl. Aipda K.S Tubun No. 2 – 4 Jakarta Pusat, yang memiliki koleksi kain tenun dari beberapa daerah di Indonesia.

Semua orang mengakui bahwa membuat kain tenun itu tidaklah mudah, dan ternyata dalam proses pembuatannya kain tenun memiliki beberapa teknik.

Benny Gratha, Asisten Kurator Museum Tekstil, menjelaskan  beberapa teknik tersebut. Teknik yang paling mudah ialah teknik sederhana. Dalam pembuatan teknik sederhana ini, biasanya menghasilkan kain dengan motif polos, lurik, atau kotak-kotak, biasanya menjadi khas tenun daerah Jawa terutama Jogja.

Teknik pembuatan yang kedua ialah pakan atau lungsi atau yang banyak dikenal dengan songket. Pakan ialah sebutan untuk kain dengan bentuk benang mendatar, sedangkan lungsi ialah sebutan untuk kain dengan bentuk benang yang vertikal.

Benny mengatakan, songket daerah Sumatera, biasanya menggunakan benang berwarna emas atau perak, sehinga terlihat lebih berkilau. Sedangkan songket dari daerah Bali terbuat dari katun atau sutera.

Selanjutnya ialah tenun ikat. Pada tenun ikat, hampir sama seperti tenun pakan atau lungsi. Bedanya, pada setiap pakan dan lungsi, diikat terlebih dahulu. Kemudian dicelup ke bahan pewarna yang biasanya menggunakan pewarna alami, lalu kemudian ikatan dibuka. Hasil tenun ikat ini berupa corak warna yang dimiliki lebih banyak.

"Makin banyak warna, makin banyak dicelup," kata Benny.

Wilayah barat seperti Sumatera dan Jawa biasanya menggunakan teknik ikat pakan, sedangkan ikat lungsi biasanya digunakan oleh masyarakat wilayah Timur, kecuali Sulawesi yang menggunakan kain tenun ikat pakan.

Ada juga teknik gabungan, yaitu menggabungkan teknik songket dengan teknik ikat. Biasanya disebut dengan limar, mayarakat daerah yang sering membuatnya ialah Palembang dan Bangka Belitung. Di Bangka Belitung kerap disebut cual.

Selanjutnya, pembuatan tenun yang paling sulit ialah teknik dobel ikat, yaitu menggabungkan pakan dan lungsi, agar keduanya menemukan presisi atau ketepatan untuk membentuk suatu corak kain. Pembuatannya sangat sulit, sehingga tidak heran bila harga sehelai tenun bisa mencapai puluhan juta.

Menurut Benny, di dunia hanya ada tiga daerah yang membuat kain tenun semacam ini, yaitu di India, Jepang, dan Indonesia tepatnya di Bali. Di Bali, tenun dobel ikat ini dibuat di daerah Tenganan Penggringsing, sehingga orang banyak menyebut dengan Tenun Gringsing. Biasanya dipakai pada saat upacara adat.

Di Lampung, kain tenun disebut dengan tapis. Tenun yang dibuat menggunakan teknik ganda, yaitu menggabungkan teknik sederhana dengan sulam tangan, karena beberapa motif pada kain ada yang dibuat dengan disulam atau kerap disebut sulam tekad.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar