Siapa yang mengira kerajinan tenun kolase yang terbuat dari kepingan kain batik lawas bisa bernilai jual tinggi, hingga puluhan juta rupiah. Menurut, Miko Yusuf, salah satu pengelola Galeri Kriya Kertas, ide kolase yang terkesan unik ini muncul dari seorang bernama Fachturrohman selaku yang juga sebagai pemilik Kriya Kertas.
“Saat itu Pak Fachturrohman punya ide untuk menggabungkan berbagai macam kain batik bekas menjadi sebuah komposisi dan warna yang menarik. Muncullah ide untuk melakukan kolase,” jelas Miko saat ditemui Wartakotalive di Jakarta Convention Center (JCC), Senayan, Jakarta Selatan, Jumat (07/09/2012).
Ditambahkan Miko, bahwa ide penggabungan tersebut tidak hanya sampai pada tahap kolase saja. Namun masih ada proses yang tak kalah penting untuk menjadikan penggabungan serpihan-serpihan kain selebar 4 mili meter itu, menjadi sebuah karya yang lebih menarik dan bernilai seni tinggi.
“Kita tidak hanya berhenti di kolase saja. Setelah kita ukur masing-masing potongan 4 mili, kemudian kita masuk ke tahap penenunan. Proses penenunan ini sangat penting dan butuh keahlian khusus bagi yang melakukannya,” ujar dia.
Jika diamati, tenun kolase kain lawas hasil karya Galeri Kriya Kertas ini nampak seperti lukisan 3 dimensi. Selain permukaan yang halus untuk ukuran kolase, komposisi warna serta kombinasi bahan yang digunakan juga penuh dengan perhitungan-perhitungan matang.
“Jadi ini murni ide dari kami. Kami bahkan tidak menerima pesanan untuk membuat tenun kolase. Pertama, kami punya gambaran ide. Kemudian kami mulai mengumpulkan bahan batik, setelah itu bahan dipotong-potong ukuran 4 mili, baru setelah itu ditenun. Di sini ada persoalan estetika dan faktor rasa untuk mewujudkan karya seni yang beritarasa tinggi,” terang dia.
Menurut Miko, bahan batik yang digunakan berasal dari berbagai daerah, seperti dari Pekalongan, Yogyakarta, Solo, Cirebon dan berbagai daerah yang lain. Sedangkan kesulitan utama yang dihadapi manajemen Kriya Kertas adalah soal pembinaan terhadap tukang tenun, dimana untuk menenun hasil kolase ini dibutuhkan keahlian khusus.
“Untuk itu perlu dilakukan pembinaan untuk penenun. Bahwa menenun potongan-potongan kain 4 mili, tentu saja dibutuhkan kejelian dan kehati-hatian yang ekstra. Sedikit saja salah, bisa rusak. Begitu juga pada saat proses pemotongan. Selain ukuran harus pas, juga harus memperhatikan komposisi warna, sesuai dengan rancangan desain yang sebelumnya telah dibuat,” jelasnya.
Sasar Konsumen Menengah Ke Atas
Diakui Miko, Galeri Kriya Kertas yang beralamat di Jalan Tubagus Ismail Raya nomer 167 Bandung ini kadang kewalahan melayani permintaan pembeli. Di sisi lain, jumlah produksi tenun kolase mereka juga terbatas.
“Ini kan produk seni. Kita juga tidak bisa mematok untuk memproduksi ini secara masal. Anggaplah ini seperti karya lukisan, kita yang membuat nanti kita tawarkan kepada para pecinta kolase. Jadi, sejauh ini kita tidak menerima orderan dari luar,” jelas Miko.
Satu karya tenun kolase kain lawas berukuran besar, imbuh Miko, biasanya dikerjakan dalam waktu 3 bulan oleh satu tim yang terdiri dari 4 orang.
“Jadi ada prosesnya. Dari tercetusnya ide, penyatuan komposisi, pemotongan hingga proses penenunan. Ini pekerjaan seni yang membutuhkan ketelitian. Untuk satu karya berukuran besar, biasanya memakan waktu sampai 3 bulan untuk menyelesaikannya. Untuk ukuran kecil, relatif antara 2 minggu hingga satu bulan. Intinya, waktu pembuatan juga tergantung dengan tingkat kerumitan,” terang dia.
Masalah harga, Kriya Kertas mematok tenun kolase kain lawas ini dengan harga rata-rata 40 juta untuk yang berukuran besar.
“Sebenarnya tidak ada patokan khusus mengenai harga. Tergantung tingkat kerumitan saja. Kalau yang besar rata-rata 40 juta. Ada yang 30 juta juga. Untuk ukuran terkecil, kita jual 2 juta,” jelas Miko Untuk pembeli sendiri, imbuh Miko, berasal dari kalangan menangah ke atas bahwa ada beberapa pelanggan yang berasal dari luar negeri seperti Filipina, Amerika, Spanyol dan negara-negara lain.
Terkait dengan omset, Miko menyebut setiap tiga bulan mereka mampu menjual rata-rata 5 karya kolase berukuran besar. “Kalau satu tenun kolase dihargai rata-rata Rp. 40 juta dan setiap tiga bulan kita bisa menjual 5 karya, ya berarti omsetnya sekitar Rp 200 juta setiap tiga bulan. Itu belum termasuk untuk penjualan kolase berukuran kecil dan kerajinan produksi kami yang lain,” pungkasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar