Kamis, 21 Juli 2011

Tentang Songket Palembang


Tenunanan / kain songket sudah dikenal sejak jaman kerajaan sriwijaya, kain ini biasanya dipakai oleh para pembesar pada jaman dahulu, sekarang kain ini tidak hanya dipakai oleh para pembesar tapi juga dipakai oleh khalayak umum. Biasanya kain ini dipakai saat acara repsesi atau acara adat, kain ini memang sangat menarik dari segi motif dan ciri khasnya, yang paling menonjol dari kain adalah benang mas yang disulam sedemikian rupa hingga bisa menjadi motif-motif yang menarik dan indah, tapi patut juga untuk diketahui kalau pembuatan motif untuk kain songket tidak sama dengan menyulam, cara pembuatannya pun cukup sulit dan tergolong agak unik, untuk membuat satu stel kain sonket ini memakan waktu sekitar 12 hari dan inipun dikerjakan dengan alat yang masih sangat sederhana sekali,. Pengrajin songkey ini termasuk usaha rumahan, sehingga sering kita temui yang mejadi pengrajin kain ini kebanyakan dari kalangan ibu- ibu rumah tangga.
Menurut salah satu dari pengrajin songket ini, yang masih jadi sedikit masalah adalah pemasaran, karena menurut mereka agak sulit untuk cari pembeli disekitar wilayah terdekat maka dari kebanyakan dari mereka menjual kain–kain songket mereka kepada tengkulak atau agen-agen yang sudah besar.
Songket tradisional dibuat dengan keterampilan masyarakat yang memahami berbagai cara untuk membuat kain bermutu, sekaligus mampu menghias kain dengan beragam desain. Rangkaian benang yang tersusun dan teranyam lewat pola simetris membuat motif kain ini halus dan terkesan rumit.
Tempo doeloe untuk model pewarnaan songket, benar-benar menggunakan warna alami. Maksudnya warna-warna yang diambil dari getah-getahan, serat tumbuh-tumbuhan dan bahan-bahan alam lainnya. Bahkan sebagia besar songket menggunakan benang emas, tapi ada yang kadarnya rendah dan ada pula yang benar-benar emas 24 karat.
Sekarang ini sudah banyak bahan sintetis/buatan yang digunakan untuk pembuatan songket ini. Hal ini terjadi karena bahan-bahan alami yang diperlukan untuk pembuaan kain songket ini sudah langka dan bahkan sudah musnah karena proses pembukaan lahan pertanian dengan cara dibakar. Ada beberapa pohon yang menghasilkan getah untuk pewarnaan dan pohon yang menghasilkan serat musnah karena terbakar. Sehingga beberapa pengrajin beralih menggunakan bahan/benang sinetis untuk pembuatan songket ini. Tetapi tetap saja terlihat indah dan mempunyai nilai jual yang cukup menjanjikan.
Usaha ini termasuk usaha rumahan, dan yang menjadi pengrajin kain ini kebanyakan dari kalangan ibu- ibu. Menurut salah satu dari pengrajin songket ini, yang masih jadi sedikit masalah adalah pemasaran, karena menurut mereka agak sulit untuk cari pembeli disekitar wilayah terdekat maka dari kebanyakan dari mereka menjual kain songket mereka kepada tengkulak atau agen- agen yang sudah besar dalam hal ini yang paling diuntungkan tentulah agen- agen yang sudah besar itu.
Bisakah songket ini di masa depan benar-benar menjadi kebanggaan Masyarakat Palembang? Beranikah kita membuat hak paten, agar songket ini tidak diakui menjadi budaya atau kebanggaan bangsa lain? Dan apakah para pengrajin songket benar-benar merasakan manfaat dari setiap helai benang yang dia tenun akan memberikan jaminan hidup bagi dia dan anak cucunya? Kami dan para pengrajin songket ingin kita semua Bangsa Indonesia bisa lebih dalam lagi mengenal kain songket ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar