Pantang mengecewakan konsumen adalah modal utama Hasanuddin, 57, dan istri, Purnawati, 52, untuk membesarkan usaha kerajinan songket. “Membangun sikap percaya pada orang lain serta tidak mengecewakan konsumen akan selalu dijaga. Dengan tetap memegang prinsip itu, automatis usaha apa pun yang digeluti akan berbuah manis,” ujar Hasanuddin memulai cerita awal mula terjun ke bisnis songket.
Semula Hasanuddin merupakan pedagang yang membuka usaha rumah makan di Kelurahan 19 Ilir Palembang, Sumatera Selatan. Sementara sang istri secara kecil-kecilan membuka usaha kerajinan songket rumahan di Jalan Talang Kerangga, Lorong Kahamidin, RT 12 RW 94 Kelurahan 30 Ilir, Kecamatan Ilir Barat II, Palembang.
Bisnis kerajinan songket itu dirintis mulai 1982. Hasil dari usaha songket itu tergolong cukup untuk menopang kehidupan Hasanuddin yang memiliki delapan anak. Hasil pas-pasan itu pun membuat alumnus SMA Veteran Palembang ini tetap bersemangat. Seiring perjalanan waktu, prospek usaha songket di Palembang dan sekitarnya semakin cerah karena tingginya permintaan masyarakat akan produk songket.
Karena itu, pada 1990, Hasanuddin memutuskan mengambil alih manajemen kerajinan songket yang merupakan usaha keluarga yang diwariskan turun-temurun. Keahlian menenun songket ini didapat secara autodidak dari kedua orang tua mereka, M Kawi Hamzah dan Nyayu Ona. “Bakat menenun songket ini sudah lama ada secara turun-temurun,” tutur Hasanuddin.
Selain melihat peluang yang kian besar, Hasanuddin sering teringat pesan kedua orang tua bahwa usaha songket harus tetap dikembangkan agar menjadi khazanah sepanjang masa. Sebab songket memiliki ciri khas tersendiri yang patut dibanggakan.
Bahkan, kerajinan songket ini apabila ditekuni mampu menghasilkan sesuatu yang tak ternilai di samping hasilnya dapat menopang kehidupan keluarga. Hasanuddin kemudian mendirikan usaha songket Harapan Baru pada 1990 dengan modal Rp10 juta.
Modal ini diperoleh dari penjualan songket jantung atau songket lama yang telah diperbarui sedemikian rupa dengan benang emas sehingga bernilai tinggi. Berjualan songket jantung ternyata mampu menopang usaha pria kelahiran Palembang, 15 Maret 1953 ini. Satu buah songket benang emas kristal dijual Rp1,5 juta-Rp4 juta.
Permintaan pasar terhadap songket yang terus meningkat membuat Hasanuddin kewalahan. Dia pun merekrut tenaga profesional terlatih dari sekitar rumahnya untuk melayani permintaan pelanggan yang rata-rata dari kalangan menengah ke atas.
Hasanuddin juga mendatangkan pekerja songket dari Pemulutan, Kabupaten Ogan Ilir hingga Komering sehingga total pekerjanya 40 orang. “Permintaan konsumen tetap nomor satu. Kami harus merangkul lebih banyak tenaga kerja agar semua pesanan dapat selesai sesuai dengan permintaan sehingga kami harus menambah pekerja 5-10 orang,” ucap Hasanuddin.
Songket yang diproduksi Hasanuddin terdiri atas 10 jenis. Di antaranya songket pengantin, songket lepus naga besaung, bunga china, songket lepus beranti, songket limar, songket cantik manis, songket lepus lintang berlapis. Untuk benang terdiri atas berbagai jenis,antara lain benang sutra alam halus, benang emas kristal, benang emas sartini dengan bermacam warna.
Saat itu, per kilo benang sutra alam dibeli seharga Rp800 ribu. Adapun satu ikatan benang emas yang berisi lima ikat dibeli seharga Rp400 ribu. Perjalanan bisnis kerajinan songket ini tidak selalu berjalan mulus. Krisis moneter 1998 yang menerpa Indonesia sempat memukul para perajin songket. Harga bahan baku songket melambung sangat tinggi dan permintaan barang menurun drastis.
Saat krisis itu, pengerjaan satu setel songket memakan waktu satu bulan, paling cepat 20 hari. Satu jenis songket biasa dikerjakan dua orang. Satu orang menenun kain dan yang satu lagi menenun selendang. Untuk satu setel songket, Hasanuddin harus mengeluarkan kompensasi sebesar Rp500 ribu-Rp600 ribu per orang.
Agar usaha songketnya tetap bertahan dari badai krisis ekonomi 1998, Hasanuddin bersama istri dan keluarga memilih opsi menjual harta simpanan 10 suku emas hasil bisnis songketnya untuk menanggung semua biaya operasional dan kompensasi 40 tenaga kerja.
Dua tahun kemudian, Hasanuddin akhirnya tak sanggup lagi menanggung biaya operasional maupun gaji karyawan.Alternatif pengurangan tenaga kerja merupakan jalan akhir yang terpaksa harus dilakukan hingga karyawannya berkurang menjadi 30 orang. Tahun 2000, usaha songket kembali normal seiring dengan membaiknya perekonomian nasional.
Harun Al Rasyid, rekan Hasanuddin yang pada saat itu sebagai pendamping perajin songket Palembang, menyarankan Hasanuddin meminjam modal ke PT Pupuk Sriwijaya (Pusri) melalui program kemitraan bina lingkungan (PKBL) untuk mengembangkan usaha songketnya.
Saran itu dilaksanakan dan Hasanuddin mendapatkan bantuan Rp20 juta dari Pusri. Setelah melunasi dengan baik pinjaman itu, Hasanuddin mengajukan pinjaman modal lagi ke Pusri. Gayung pun bersambut. Dia kembali mendapatkan pinjaman Rp 40 juta. “Alhamdulillah, berkat kepercayaan Pusri memberikan pinjaman, akhirnya usaha songket saya ini semakin berkembang,” ujarnya.
Sejak mendapat pinjaman dari Pusri itu, lambat laun usaha Hasanuddin terus berkembang. Selain bantuan modal, Pusri juga memberikan pembinaan dan pelatihan tentang tata cara mengelola suatu usaha serta melakukan pemasaran yang baik.
Hasanuddin bahkan pernah melakukan studi banding ke sejumlah usaha di Jawa, termasuk Bandung, Bali, Surabaya, dan Batam yang difasilitasi Pusri. “Saya sering mengikuti pelatihan dan event-event besar seperti pameran dari Pusri ke Jakarta, Bandung hingga Kalimantan. Banyak manfaat yang dipetik dengan mengikuti pelatihan dan pembinaan dari Pusri itu,” tutur Hasanuddin yang kini mempekerjakan 25 orang.
Hasil songket Harapan Baru dipasarkan di toko dekat pintu gerbang sentra songket Talang Kerangga Palembang. Produk songket juga dikirimkan ke Jakarta, Medan, Bandung hingga Kalimantan melalui pameran program PKBL Pusri serta dapat diakses melalui http://www.songketpalembang.com/. Dari usaha membuat songket, Hasanuddin mampu meraup keuntungan Rp30 juta per bulan.
Saat pameran atau event besar, laba bertambah lantaran omzetnya bisa mencapai Rp50 juta sekali pameran. Biasanya setiap mengikuti pameran Hasanuddin selalu membawa 40 setel songket dan rata-rata laku 30 setel setiap pameran.
Berkat kerajinan songket itu, Hasanuddin mampu menyekolahkan anak-anaknya. Ada yang ke jenjang strata satu, diploma tiga, ada yang masih bersekolah di SMA dan SMP. Dia optimistis ke depan usaha kerajinan songket ini akan terus berkembang karena songket sangat dibutuhkan masyarakat.
Biasanya permintaan songket akan ramai sebelum bulan puasa dan sesudah Lebaran atau pada musim resepsi pernikahan. Selain menjual songket, Hasanuddin juga menyediakan suvenir pernikahan seperti gantungan kunci, kipas, dompet, topi, hiasan dinding hingga baju batik.
Sementara itu, ada pula Suaidah, pemilik Kenanga Songket, menggeluti usaha songket karena satu alasan. Dia ingin bisnis songket yang telah ditekuni kedua orangtuanya tetap lestari sampai kapan pun.
Bermula dari usaha orangtua itulah Suaidah yang akrab disapa Cek Ada, menggeluti kerajinan kain songket. Kedua orangtua Cek Ada, Ahmad Zaenuri dan Hj Zubaedah, semasa hidupnya adalah perajin songket ternama di Palembang, Sumatera Selatan. Selepas kepergian kedua orang tuanya menghadap Sang Khalik, Cek Ada mengambil alih usaha tersebut pada 1997. Cek Ada mengakui keputusannya mengambil alih bisnis orangtua karena ingin usaha tersebut dapat terus berkembang. ”Kalau bisa sampai kapan pun,”ungkapnya.
Mengambil alih usaha songket bukan perkara mudah. Selain harus mengetahui seluk-beluk cara pembuatan kain songket, Cek Ada juga harus memikirkan selera pasar yang terus berkembang. Beruntung Cek Ada memiliki orangtua seperti Zaenuri dan Zubaedah.
Pelajaran dari kedua orangtuanya yang telah memperkenalkan kain songket kepada Cek Ada sejak kanak-kanak menjadi bekal berharga saat dia memutuskan mengambil alih usaha tersebut. ”Sejak duduk di bangku sekolah dasar saya sudah diperkenalkan dengan kain songket,” tuturnya.
Bicara kain songket, tentu tak afdol kalau tidak menyampaikan informasi di balik perkembangan kain yang menjadi salah satu ciri khas Palembang ini. Cek Ada menuturkan, kain songket merupakan tenunan benang sutera atau kapas yang ditenun bersama-sama benang emas atau perak. Pada zaman dulu songket melambangkan kebesaran raja-raja dan pembesar-pembesar istana saja yang memakainya. Seiring perkembangan zaman, songket mulai digunakan untuk pakaian pengantin, perhiasan dinding, alas meja, barang-barang cenderamata dan sebagainya. Songket bangsa Melayu menjadi cikal-bakal perkembangan kain songket.
Kata songket sendiri berasal dari ’sungkit’, yaitu teknik menyungkit. Bunga atau hiasan di kepala kain di tenun mengikuti citarasa penenun. Corak atau ragam hias tersebut dikenali dengan nama-nama seperti tapak manggis, pucuk rebung, lawi ayam, dan sebagainya. Menurut Cek Ada, sebagai perajin industri kecil, kemahiran seorang penenun mengambil peran penting atas hasil kain yang diproduksi. Kreativitas menjadi harga yang paling mahal dalam proses menenun.
Dibutuhkan waktu sekitar empat hingga enam pekan untuk menghasilkan sehelai kain songket yang panjangnya 20–40 meter. ”Itulah kenapa tiap bulannya tidak banyak kain songket yang kami produksi,” tutur ibu empat anak ini. Lantaran produk yang dihasilkan tiap bulannya terbatas, melalui bendera Kenanga Songket Cek Ada lantas lebih memikirkan pada penyempurnaan produk dan kualitas produk.
Desain-desain yang lebih memenuhi selera pasar menjadi andalan. ”Ya, desain dan pengembangan produk menjadi salah satu andalan kami untuk tetap eksis di tengah persaingan,” tuturnya.
Pengembangan produk yang dilakukan Kenanga Songket di antaranya menyediakan beraneka macam kain songket, pelangi, baju sutera, tajung, blongsong, jumputan, dan lain-lain. Produk-produk tersebut menjadi hasil karya dari enam orang perajin yang setia mendampingi perjalanan bisnis Cek Ada. Dari sekian produk yang berhasil dikembangkan, songket sutera tenun benang emas menjadi andalan Kenanga Songket. Yang khas dari produk tersebut ialah beragam benang emas yang menghiasinya.
Terdapat beberapa benang emas seperti satibi, kristal,dan jantung. Khusus untuk songket tenun yang menggunakan benang emas jantung, menurut Cek Ada, harganya paling mahal. Produk-produk berkualitas Cek Ada dijual dengan kisaran antara Rp1,5–7,5 juta. Mahal? Tentu saja relatif. Bagi sebagian kalangan yang mengetahui seluk-beluk pembuatan dan bahan-bahan yang digunakan, harga tinggi bukanlah masalah. ”Biasanya konsumen yang paham kain songket berkualitas tak pernah mempersoalkan harga,” ungkap Cek Ada.
Perempuan berusia 50 tahun ini mengatakan, produk-produknya telah menyebar ke mana-mana. Melalui promosi dari mulut ke mulut, produk Kenanga Songket merambah beberapa daerah di Indonesia. Kota Palembang tentu menjadi sasaran produk-produk karya seni bercitarasa tinggi ini.
Sejalan dengan pemasaran yang semakin luas, omzet usahanya meningkat. Setidaknya omzet Rp20 juta per bulan telah mampu dibukukan dari usahanya. Perkembangan usaha Kenanga Songket juga tak lepas dari berbagai kegiatan pemasaran.
Bermula dari usaha orangtua itulah Suaidah yang akrab disapa Cek Ada, menggeluti kerajinan kain songket. Kedua orangtua Cek Ada, Ahmad Zaenuri dan Hj Zubaedah, semasa hidupnya adalah perajin songket ternama di Palembang, Sumatera Selatan. Selepas kepergian kedua orang tuanya menghadap Sang Khalik, Cek Ada mengambil alih usaha tersebut pada 1997. Cek Ada mengakui keputusannya mengambil alih bisnis orangtua karena ingin usaha tersebut dapat terus berkembang. ”Kalau bisa sampai kapan pun,”ungkapnya.
Mengambil alih usaha songket bukan perkara mudah. Selain harus mengetahui seluk-beluk cara pembuatan kain songket, Cek Ada juga harus memikirkan selera pasar yang terus berkembang. Beruntung Cek Ada memiliki orangtua seperti Zaenuri dan Zubaedah.
Pelajaran dari kedua orangtuanya yang telah memperkenalkan kain songket kepada Cek Ada sejak kanak-kanak menjadi bekal berharga saat dia memutuskan mengambil alih usaha tersebut. ”Sejak duduk di bangku sekolah dasar saya sudah diperkenalkan dengan kain songket,” tuturnya.
Bicara kain songket, tentu tak afdol kalau tidak menyampaikan informasi di balik perkembangan kain yang menjadi salah satu ciri khas Palembang ini. Cek Ada menuturkan, kain songket merupakan tenunan benang sutera atau kapas yang ditenun bersama-sama benang emas atau perak. Pada zaman dulu songket melambangkan kebesaran raja-raja dan pembesar-pembesar istana saja yang memakainya. Seiring perkembangan zaman, songket mulai digunakan untuk pakaian pengantin, perhiasan dinding, alas meja, barang-barang cenderamata dan sebagainya. Songket bangsa Melayu menjadi cikal-bakal perkembangan kain songket.
Kata songket sendiri berasal dari ’sungkit’, yaitu teknik menyungkit. Bunga atau hiasan di kepala kain di tenun mengikuti citarasa penenun. Corak atau ragam hias tersebut dikenali dengan nama-nama seperti tapak manggis, pucuk rebung, lawi ayam, dan sebagainya. Menurut Cek Ada, sebagai perajin industri kecil, kemahiran seorang penenun mengambil peran penting atas hasil kain yang diproduksi. Kreativitas menjadi harga yang paling mahal dalam proses menenun.
Dibutuhkan waktu sekitar empat hingga enam pekan untuk menghasilkan sehelai kain songket yang panjangnya 20–40 meter. ”Itulah kenapa tiap bulannya tidak banyak kain songket yang kami produksi,” tutur ibu empat anak ini. Lantaran produk yang dihasilkan tiap bulannya terbatas, melalui bendera Kenanga Songket Cek Ada lantas lebih memikirkan pada penyempurnaan produk dan kualitas produk.
Desain-desain yang lebih memenuhi selera pasar menjadi andalan. ”Ya, desain dan pengembangan produk menjadi salah satu andalan kami untuk tetap eksis di tengah persaingan,” tuturnya.
Pengembangan produk yang dilakukan Kenanga Songket di antaranya menyediakan beraneka macam kain songket, pelangi, baju sutera, tajung, blongsong, jumputan, dan lain-lain. Produk-produk tersebut menjadi hasil karya dari enam orang perajin yang setia mendampingi perjalanan bisnis Cek Ada. Dari sekian produk yang berhasil dikembangkan, songket sutera tenun benang emas menjadi andalan Kenanga Songket. Yang khas dari produk tersebut ialah beragam benang emas yang menghiasinya.
Terdapat beberapa benang emas seperti satibi, kristal,dan jantung. Khusus untuk songket tenun yang menggunakan benang emas jantung, menurut Cek Ada, harganya paling mahal. Produk-produk berkualitas Cek Ada dijual dengan kisaran antara Rp1,5–7,5 juta. Mahal? Tentu saja relatif. Bagi sebagian kalangan yang mengetahui seluk-beluk pembuatan dan bahan-bahan yang digunakan, harga tinggi bukanlah masalah. ”Biasanya konsumen yang paham kain songket berkualitas tak pernah mempersoalkan harga,” ungkap Cek Ada.
Perempuan berusia 50 tahun ini mengatakan, produk-produknya telah menyebar ke mana-mana. Melalui promosi dari mulut ke mulut, produk Kenanga Songket merambah beberapa daerah di Indonesia. Kota Palembang tentu menjadi sasaran produk-produk karya seni bercitarasa tinggi ini.
Sejalan dengan pemasaran yang semakin luas, omzet usahanya meningkat. Setidaknya omzet Rp20 juta per bulan telah mampu dibukukan dari usahanya. Perkembangan usaha Kenanga Songket juga tak lepas dari berbagai kegiatan pemasaran.
Hari yang baik untuk semua warga negara Indonesia, nama saya Nurul Yudianto, tolong, saya ingin berbagi kesaksian hidup saya yang sebenarnya di sini di platform ini sehingga semua warga negara Indonesia berhati-hati dengan pemberi pinjaman pinjaman di internet
BalasHapusSetelah beberapa waktu berusaha mendapatkan pinjaman dari lembaga keuangan, dan terus ditolak, saya memutuskan untuk mengajukan pinjaman secara online tetapi saya curang dan kehilangan Rp18,7 juta, kepada seorang wanita di saudi arabia dan Nigeria.
Saya menjadi sangat putus asa dalam mendapatkan pinjaman, jadi saya berdiskusi dengan teman saya Nyonya Rika Nadia (rikanadia6@gmail.com) yang kemudian memperkenalkan saya kepada Lady Esther, manajer Cabang dari Access Loan Firm, sehingga teman saya meminta saya untuk mendaftar dari LADY ESTHER, jadi saya Menjerit dituangkan dan dihubungi LADY ESTHER. melalui email: (estherpatrick83@gmail.com)
Saya mengajukan pinjaman sebesar Rp250 juta dengan suku bunga 2%, sehingga pinjaman disetujui dengan mudah tanpa tekanan dan semua persiapan dilakukan dengan transfer kredit, karena tidak memerlukan jaminan dan jaminan untuk pengalihan pinjaman, saya diberitahu untuk mendapatkan sertifikat perjanjian lisensi untuk mentransfer kredit saya dan dalam waktu kurang dari satu setengah jam uang pinjaman telah dimasukkan ke dalam rekening bank saya.
Saya pikir itu adalah lelucon sampai saya menerima panggilan dari bank saya bahwa akun saya telah dikreditkan dengan jumlah Rp250 juta. Saya sangat senang bahwa akhirnya Tuhan telah menjawab doa-doa saya dengan buku pinjaman dengan pinjaman asli saya, yang telah memberi saya keinginan hati saya.
Semoga Tuhan memberkati LADY ESTHER untuk mewujudkan kehidupan yang adil bagi saya, jadi saya menyarankan siapa pun yang tertarik untuk mendapatkan pinjaman untuk menghubungi Mrs. LADY ESTHER melalui email: (estherpatrick83@gmail.com) atas pinjaman Anda
Akhirnya saya ingin berterima kasih kepada Anda semua karena meluangkan waktu untuk membaca kesaksian hidup saya yang sebenarnya tentang kesuksesan saya dan saya berdoa kepada Tuhan untuk melakukan kehendak-Nya dalam hidup Anda. Anda dapat menghubungi saya untuk informasi lebih lanjut melalui email saya: (nurulyudianto2@gmail.com) Salam
NAMA: Amalia Amangkurat
BalasHapusNEGARA: Kuala Lumpur, Malaysia
HIBAH PINJAMAN: $50,000
Rekening AmBank: 1330773201610
Email: amaliaamangkurat@gmail.com
Situs web: www.rikaandersonloancompany.webs.com
Email rikaandersonloancompany@gmail.com
Whatsapp: +1(929)526-0086
Layanan Pelanggan Whatsapp: +1 916 448 1012
Nama saya Bu Amalia Amangkurat, saya seorang janda dan saya kehilangan suami saya 4 tahun yang lalu dan saya merawat anak-anak, sekarang saya menghasilkan uang untuk membayar sewa dan beberapa hutang tetapi saya tidak punya uang untuk membayar.
Baru-baru ini saya melihat kesaksian online tentang seorang teman yang mendapat pinjaman tanpa agunan dari PERUSAHAAN PINJAMAN RIKA ANDERSON, Lady Amalia Anmangkurat di email amaliaanmangkurat@gmail.com dan email Harumah Madzulkifli harumahmadzulkifli@gmail.com.
Saya mengajukan pertanyaan dari ibu Margaretha Asmaran di email margarethaasmaran@gmail.com dan Vania Hilman di email vaniahilmanaki@gmail.com Saya diberitahu bahwa dia adalah ibu yang jujur, jadi saya mengajukan pinjaman sebesar $50.000 jadi setelah proses pinjaman, pinjaman saya telah ditransfer ke rekening bank saya dan hari ini, saya memiliki toko tempat saya menjalankan bisnis saya dan hari ini saya telah melunasi hutang saya dan semua tagihan saya.
Semua berkat RIKA ANDERSON LOAN, pemberi pinjaman yang baik dan jujur, jadi saya berjanji untuk bersaksi dan membagikan kabar baik saya juga. Jika Anda memiliki keraguan atau ketakutan, Anda selalu dapat menghubungi.
Halo semuanya, saya Rika Nadia, saat ini tinggal orang Indonesia dan saya warga negara, saya tinggal di JL. Baru II Gg. Jaman Keb. Lama Utara RT.004 RW.002 No. 26. Saya ingin menggunakan media ini untuk memberikan saran nyata kepada semua warga negara Indonesia yang mencari pinjaman online untuk berhati-hati karena internet penuh dengan penipuan, kadang-kadang saya benar-benar membutuhkan pinjaman , karena keuangan saya buruk. statusnya tidak begitu baik dan saya sangat ingin mendapatkan pinjaman, jadi saya jatuh ke tangan pemberi pinjaman palsu, dari Nigeria dan Singapura dan Ghana. Saya hampir mati, sampai seorang teman saya bernama EWITA YUDA (ewitayuda1@gmail.com) memberi tahu saya tentang pemberi pinjaman yang sangat andal bernama Ny. ESTHER PATRICK Manajer cabang dari Access loan Firm, Dia adalah pemberi pinjaman global; yang saya hubungi dan dia meminjamkan saya pinjaman Rp600.000.000 dalam waktu kurang dari 12 jam dengan tingkat bunga 2% dan itu mengubah kehidupan seluruh keluarga saya.
BalasHapusSaya menerima pinjaman saya di rekening bank saya setelah Nyonya. LADY ESTHER telah mentransfer pinjaman kepada saya, ketika saya memeriksa saldo rekening bank saya dan menemukan bahwa jumlah Rp600.000.000 yang saya terapkan telah dikreditkan ke rekening bank saya. dan saya punya buktinya dengan saya, karena saya masih terkejut, emailnya adalah (ESTHERPATRICK83@GMAIL.COM)
Jadi untuk pekerjaan yang baik, LADY ESTHER telah melakukannya dalam hidup saya dan keluarga saya, saya memutuskan untuk memberi tahu dan membagikan kesaksian saya tentang LADY ESTHER, sehingga orang-orang dari negara saya dan kota saya dapat memperoleh pinjaman dengan mudah tanpa stres. Jadi, jika Anda memerlukan pinjaman, hubungi LADY ESTHER melalui email: (estherpatrick83@gmail.com) silakan hubungi LADY ESTHER Dia tidak tahu bahwa saya melakukan ini tetapi saya sangat senang sekarang dan saya memutuskan untuk memberi tahu orang lain tentang dia, Dia menawarkan semua jenis pinjaman baik untuk perorangan maupun perusahaan dan juga saya ingin Tuhan memberkati dia lebih banyak,
Anda juga dapat menghubungi saya di email saya: (rikanadia6@gmail.com). Sekarang, saya adalah pemilik bangga seorang wanita bisnis yang baik dan besar di kota saya, Semoga Tuhan Yang Mahakuasa terus memberkati LADY ESTHER atas pekerjaannya yang baik dalam hidup dan keluarga saya.
Tolong lakukan dengan baik untuk meminta saya untuk rincian lebih lanjut tentang Ibu dan saya akan menginstruksikan, dan ada bukti pinjaman, hubungi LADY ESTHER melalui email: (estherpatrick83@gmail.com) Terima kasih semua
Halo semuanya, Nama saya Siska wibowo saya tinggal di Surabaya di Indonesia, saya seorang mahasiswa, saya ingin menggunakan kesempatan ini untuk mengingatkan semua pencari pinjaman untuk sangat berhati-hati karena ada banyak perusahaan pinjaman penipuan dan kejahatan di sini di internet , Sampai saya melihat posting Bapak Suryanto tentang Nyonya Esther Patrick dan saya menghubunginya melalui email: (estherpatrick83@gmail.com)
BalasHapusBeberapa bulan yang lalu, saya putus asa untuk membantu biaya sekolah dan proyek saya tetapi tidak ada yang membantu dan ayah saya hanya dapat memperbaiki beberapa hal yang bahkan tidak cukup, jadi saya mencari pinjaman online tetapi scammed.
Saya hampir tidak menyerah sampai saya mencari saran dari teman saya Pak Suryanto memanggil saya pemberi pinjaman yang sangat andal yang meminjamkan dengan pinjaman tanpa jaminan sebesar Rp200.000.000 dalam waktu kurang dari 24 jam tanpa tekanan atau tekanan dengan tingkat bunga rendah 2 %. Saya sangat terkejut ketika saya memeriksa rekening bank saya dan menemukan bahwa nomor saya diterapkan langsung ditransfer ke rekening bank saya tanpa penundaan atau kekecewaan, segera saya menghubungi ibu melalui (estherpatrick83@gmail.com)
Dan juga saya diberi pilihan apakah saya ingin cek kertas dikirim kepada saya melalui jasa kurir, tetapi saya mengatakan kepada mereka untuk mentransfer uang ke rekening bank saya, karena saya berjanji bahwa saya akan membagikan kabar baik sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman mudah tanpa stres atau penundaan.
Yakin dan yakin bahwa ini asli karena saya memiliki semua bukti pemrosesan pinjaman ini termasuk kartu ID, dokumen perjanjian pinjaman, dan semua dokumen. Saya sangat mempercayai Madam ESTHER PATRICK dengan penghargaan dan kepercayaan perusahaan yang sepenuh hati karena dia benar-benar telah membantu hidup saya membayar proyek saya. Anda sangat beruntung memiliki kesempatan untuk membaca kesaksian ini hari ini. Jadi, jika Anda membutuhkan pinjaman, silakan hubungi Madam melalui email: (estherpatrick83@gmail.com)
Anda juga dapat menghubungi saya melalui email saya di (siskawibowo71@gmail.com) jika Anda merasa kesulitan atau menginginkan prosedur untuk mendapatkan pinjaman
Sekarang, yang saya lakukan adalah mencoba untuk memenuhi pembayaran pinjaman bulanan yang saya kirim langsung ke rekening bulanan Nyonya seperti yang diarahkan. Tuhan akan memberkati Nyonya ESTHER PATRICK untuk Segalanya. Saya bersyukur