Tampilkan postingan dengan label sumatera utara. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label sumatera utara. Tampilkan semua postingan
Senin, 15 April 2013
Ulos Bisa Sejajar dengan Songket
Kendati ulos Batak belum banyak diperkenalkan dalam dunia fashion, perancang busana dari Jakarta, Merdi Sihombing (42), akan membuat terobosan baru dengan membangun "perkampungan ulos" di Pangururan, Sumatera Utara. "Sejak dulu, nenek moyang suku Batak sudah lama mengenal kain tenun ikat sejenis sutra yang disebut Sintara. Kualitasnya tidak jauh berbeda dengan songket Palembang yang ada sekarang ini," ujar Merdi
Desain yang dia kembangkan merupakan hasil penggalian ornamen Batak lama yang unik. Merdi mengatakan, hingga kini ia tetap mencari motif baru. Namun, cirinya tidak diubah. "Hanya, benangnya menggunakan pewarna alami. Dengan demikian, lebih ramah lingkungan," akunya.
Umumnya setiap acara pesta, kaum ibu di kota besar lebih senang memakai songket Palembang. Padahal, menurut dia, harganya jauh lebih mahal sehingga hanya mampu dibeli oleh kalangan tertentu saja. "Songket Batak bisa menjadi alternatif untuk alasan ekonomis," tambahnya.
Saat ini, kata Merdi, harga ulos di pasaran dari puluhan ribu hingga jutaan rupiah. Kalau sudah dimodifikasi menjadi songket, harganya bisa menjadi beberapa kali lipat. Dengan nilai jual semakin tinggi, hal tersebut akan meningkatkan penghasilan dan kesejahteraan perajin di daerah.
Merdi pun mengisahkan bahwa ia telah banyak melakukan penjelajahan ke berbagai daerah dan mengumpulkan referensi. Eksistensi tenunan khas Batak ini akan ia pertahankan. Perwujudan pengembangan yang dilakukan jelas untuk menyejajarkan ulos dengan songket Palembang.
Kadis Pariwisata Samosir Melani Butarbutar menambahkan, Pemkab Samosir sangat mendukung kegiatan positif seperti yang dilakukan Merdi. "Terobosan tersebut tentu akan mengundang daya tarik wisata. Perkembangan secara umum tentunya membantu ekonomi perajin," tuturnya.
Menurut Naibaho, Kabag Humas Pemkab Samosir, berbagai bantuan menunjang industri ulos telah diberikan melalui Dinas Koperindag. Dalam lima tahun terakhir, pihaknya telah melakukan berbagai kegiatan dan pelatihan.
Rabu, 25 April 2012
Songket Batubara Menembus Pasar Dunia
Dengan mempertahankan kekhasannya sebagai warisan leluhur, kain songket tetap bertahan di tengah gempuran industri tekstil sejenis. Salah satunya adalah songket Batubara yang memiliki keunggulan di sisi corak dan tenunan yang serba tradisional. Dinamakan kain songket Batubara karena sentra industri tekstil khas Sumatra Utara ini terletak di daerah bernama Batubara di Kabupaten Asahan, Sumatra utara.
Salah satu perajin songket Batubara di Asahan adalah Ibu Ade. Berbekal pengetahuan pembuatan kain tenun yang diperoleh secara turun-temurun, ia merintis usaha pembuatan songket Batubara dengan tetap mempertahankan nilai-nilai tradisional. Pembuatan songket dimulai dari menyusun benang, menggulung ke papan, memasukkan benang ke sisir, hingga menyusun motif sesuai warna dan grafis tetap dilakukan secara manual.
Kerumitan dan ketelatenan selama proses pembuatan membuat harga songket itu relatif mahal. Harga juga ditentukan kualitas benang dan motif yang dirajut. Kain songket termahal dibanderol Rp 1 juta per helai. Songket ini biasanya menggunakan benang nomor satu dengan jenis motif bunga pika delapan.
Selama ini, Ibu Ade mengaku tak pernah sepi dari pesanan apalagi menjelang Lebaran. Omzet usaha yang dirintisnya kini sudah mencapai Rp 100 juta per bulan. Selain dipasarkan di Sumut dan kota-kota besar di Tanah Air, songket Batubara sudah merambah ke beberapa negara ASEAN seperti Malaysia dan Brunei Darussalam
Rabu, 25 Januari 2012
Ulos merupakan kain tenun yang berasal dari Sumatera Utara. Sama halnya dengan kain songket, kain ini pun sarat makna. Sayangnya hingga saat ini Ulos batak hanya populer digunakan pada masayrakat Batak saja. Padahal kain ulos ini dapat dikreasikan dan dipandankan dengan aksesoris dan busana modern maupun tradisional.
Ulos dibedakan bedasarkan fungsinya. Ulos parompa sadun, biasa dipakai untuk menggendong anak, Ulos abid godang biasanya dipakai untuk selimut. Namun Merdi Sihombing mengembangkan kedua jenis ulos ini menjadi busana yang dapat dipakai pada acara-acara spesial dengan menambahkan manik-manik dan kristal.
Merdi bekerja sama dengan pengrajin Ulos di Sumetara Utara untuk menjadikan ulos sebagai kain yang dapat digunakan berbagai kalangan yang tak terbatas pada masyarakat Batak saja. Kini ulos muncul lebih menawan dan modern. Namun filosofi ulos dan kekahasanya tetap dijaga.
Ulos dibedakan bedasarkan fungsinya. Ulos parompa sadun, biasa dipakai untuk menggendong anak, Ulos abid godang biasanya dipakai untuk selimut. Namun Merdi Sihombing mengembangkan kedua jenis ulos ini menjadi busana yang dapat dipakai pada acara-acara spesial dengan menambahkan manik-manik dan kristal.
Merdi bekerja sama dengan pengrajin Ulos di Sumetara Utara untuk menjadikan ulos sebagai kain yang dapat digunakan berbagai kalangan yang tak terbatas pada masyarakat Batak saja. Kini ulos muncul lebih menawan dan modern. Namun filosofi ulos dan kekahasanya tetap dijaga.
Langganan:
Postingan (Atom)